Kesaksian Rohani

Posted by Unknown On 02.36 No comments


Ada banyak kesaksian yang menipu pendengarnya, termasuk kesaksian-kesaksian yang "berbau rohani". Walaupun ditipu, pendengarnya tidak mampu untuk berpikir "hitam-putih". Mengapa demikian? Karena emosi yang telah mengabaikan rasio.
Coba kita menganalisa, lemahnya sebuah kesaksian sebagai dasar kebenaran, dibawah ini:
Kesaksian, saksi: orang yang menjadi saksi terhadap sesuatu dan peristiwa. Sesuatu yang disaksikan bisa "pengalaman", misalnya, perjumpaan Ahmad Musadeq dengan malaikat(?)"; tetapi juga menyaksikan "efek sesuatu-benda", misalnya, melempar uang di kolam St. Petrus - Vatikan, akan mendapatkan sesuatu sesuai harapannya. Atau, dengan memakai produk kesehatan tertentu akan memberikan efek pada kesembuhan suatu penyakit." "Kesaksian bersifat "promotion" dan "entertain". Promosi seringkali mempengaruhi sikap untuk percaya [trust] mutlak kepada "sesuatu yang promosikan" dan berlanjut pada keputusan "membeli-menerima". Sedangkan, "entertain-hiburan". Biasanya berujung pada perasaan senang, tertarik, terhibur, puas dan semangat lagi. Seseorang yang dihibur akan mengidolakan peran utamanya. Dalam kondisi ini, 'fans' yang sudah terikat secara emosi tidak akan pernah atau sulit untuk berpikir hitam-putih, apakah sesuatu yang dipromosikan dan disaksikan itu benar atau salah. Dalam dunia kesaksian, emosi sangat dominan.
Di Alkitab ada contoh pengalaman pribadi Paulus naik ke Surga --- Mirip dengan penagalaman Muhammad naik Bouraq --- yang subyektif tidak perlu dibesar-besarkan, karena dianggap hanya milik sendiri.
Kisahnya, seperti ini: "Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya-- ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. (2 Kor.12:2-5)"
Realitas:
Penginjil terkenal, Reinhard Bonke seringkali mengadakan KKR di wilayah-wilayah "dunia ke tiga" yang dihadiri oleh ribuan orang. Dalam publikasinya, ia sering melakukan mujizat-mujizat. Tetapi, tahukah anda, Reinhard Bonke tidak dapat melakukan hal yang sama di Eropa (Misalnya, Jerman) dan Amerika. Pertanyaan: Apakah Tuhan hanya mampu bekerja di Asia dan Afrika, tetapi tidak mampu bekerja di Eropa dan Amerika? Atau, apakah Emosi sangat dominan di dunia ketiga seringkali mengabaikan rasio, yang dominan di Eropa dan Amerika? Entahlah! Yang jelas, di depan hukum, kesaksian emosional tidak bisa dijadikan bukti yang valid; yang diperlukan adalah kesaksian dengan alasan dan bukti-bukti. Lagi pula, belum ada teologi perasaan? Perasaan dan emosi seringkali tidak bisa diandalkan. Alasan emosi ini juga yang menyebabkan kesaksian tentang kenbangkitan Yesus yang diberitakan oleh para Wanita di dalam Injil itu tidak secara mudah dipercaya. Ya gitu deh… Jadi, kesaksian bisa saja upaya "manipulasi".

0 komentar:

Posting Komentar